Dua hari yang lalu, ketika ingin
memulai proyek
#PeopleAroundUs yang dicetuskan
@aMrazing yang gagah dan menawan
bagai … (oke, mulai berlebihan), otak saya berpikir keras kira-kira apa yang
ingin saya ceritakan.Lalu kursor saya pandu menuju
shortcut Microsoft Word, klik dua kali dan kertas digital itu siap
diketik. Awalnya jari-jari saya lancar, lalu seperti seorang sopir melepaskan
kakinya pada pedal gas berganti menginjak rem, kecepatan saya menurun kemudian
berhenti. Kalo ada yang merekam muka saya saat itu, saya mendadak mirip Song Ji
Hyo (ngareep!!) ketika blank di
Running
Man. Iya pemirsah.. saya blank! Otak buntu tidak bisa merangkai kata dan
akhirnya kusut.
Sampai tadi, saya masih mencoba
menulis lagi, tapi tetap tidak bisa menyelesaikannya. Ide itu ada disana, tapi
saya tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat. Udara panas sekali siang ini,
otak pun tidak kalah panasnya, mood jeleknya bukan main. Saya memutuskan mentweet sahabat untuk mengajaknya keluar.
Oh, kenapa harus lewat twitter dan
bukan telpon, karena dia sedang eksis-eksisnya di dunia pertwitteran, kalau di
telpon belum tentu nyaut. Bunyi tweet
saya seperti ini: “Ko dimana? Keluar bentar yuk, cari inspirasi.. mbuntu
nih..”. Mahap ya, bahasanya agak di mix dengan bahasa sehari-hari orang waingapu.
Balasannya nggak lama “Yukksss siap su nti sa jemput (^.^)”. Oke siip, saya pun
berganti pakaian dan menunggu tapi dia nggak datang juga, padahal rumah kami
cuma perlu berjalan lurus melewati dua blok, belok kiri dan lurus lagi beberapa
meter. Mulai kesel saya tweet lagi “44mnt yg lalu ko bls, tp tdk dtg2 jg -_-“.
Lagi-lagi balasan datangnya pake pesawat jet, “Habis ko tdk ada jawaban iya ato
tdk nah”, ini jawaban emang rada-rada.. haiiiis ya sudahlah. “sy yg ajak sdh
pasti sy siap lah..” balas saya yang langsung di’okee jeng’kan olehnya.
Saya bilang padanya kalau saya
sedikit stress karena tiba-tiba “lumpuh” menulis, dia beranggapan mungkin
karena saya jarang keluar rumah akhir-akhir ini jadinya tidak mendapatkan
ilham. Tanpa berpikir panjang, dia memutar arah menuju pantai. Di Waingapu, kau
tidak akan menemukan tempat nongkrong semacam yang banyak betebaran di kota
besar, disini hanya punya pantai-pantai, padang sabana, air terjun, itu pun
jarak tempuhnya lumayan jauh dari kota waingapu. Ketika berada di panatai
tadi, mood saya membaik. Sepertinya stress itu dibawa kabur oleh angin, dibuang
ke air, dipermainkan oleh ombak. Berjalan di pinggir pantai seakan diberi
pijatan refleksi oleh air, pasir dan kerikil. Dia menyodorkan kamera, “fotoin”
katanya. Di balik kamera, pikiran itu terlintas “akan saya tulis tentang stress
ini, pantai, dan dia”. Efek pantai sepertinya manjur karena tulisan ini lancar
saya ceritakan. Kadang kita tidak perlu sesuatu yang hebat, kita cuma perlu
sesuatu yang sederhana untuk membuat kita tersenyum dan bahagia. Jujur saja
ketika membaca blog-blog yang ikut berpartisipasi dalam #PeopleAroundUs ini
saya cemas memikirkan apakah tulisan saya akan sebagus mereka, apakah akan
menjadi cerita yang menarik untuk dibaca. Tetapi pada akhirnya, saya tahu, saya
hanya perlu jujur menuangkan hati saya dalam cerita yang saya tulis.
Terima kasih buat Alex atas
tweetnya tadi siang, cukup menampar lho! dan maaf pada ‘Backspace’ yang telah
saya pencet-pencet dengan brutal dua hari ini. Mianhae.. *kecup-kecup
keyboard*.
Don’t be sorry because you think
your writings are bad. Be sorry if you do not write at all.
-Alexander Thian
#PeopleAroundUs - Day1. 13 September 2013