October 29, 2013

#LetGo


To let go isn’t to forget, not to think about, or ignore. It doesn’t leave feelings of anger, jealousy, or regret. Letting go isn’t winning, and it isn’t losing. It’s not about pride, and it’s not about how you appear, and it’s not obsessing or dwelling on the past. Letting go isn’t blocking memories or thinking sad thoughts, and doesn’t leave emptiness, hurt, or sadness. It’s not giving in or giving up. Letting go isn’t about loss and it’s not defeat.


To let go is not to cherish memories, and overcome and move on. It’s having an open mind and confidence in the future. Letting go is accepting. It’s learning and experiencing and growing. To let go is to be thankful for the experiences that made you laugh, made you cry and made you grow. It’s about all that you have, all that you had, and all that you will soon again. Letting go is having the courage to accept change, and the strength to keep moving. Letting go is growing up. It’s realizing that the heart can sometimes be the most potent remedy. To let go is to open a door, and to clear a path, and to set you free…

from http://iampoopsie.com/ and picture from pinterest

September 16, 2013

Bagaimana Caranya?

bagaimana caranya ku katakan padamu
dia mencintaiku lebih dari sayangnya padamu

bagaimana caranya ku katakan
dia menginginkanku lebih dari kau memilikinya

bagaimana caranya kusampaikan kepadamu
tangan kami terpaut erat di belakangmu

bagaimana caranya ku sampaikan
aku telah jatuh tenggelam dalam cintanya

atau

haruskah aku merelakan perasaan ini demi persahabatan
haruskah aku menghancurkan persahabatan kita demi perasaanku

bisakah kau tidak membenciku apabila kelak kau tahu..
kalau aku dan aku mencintai orang yang sama..



#PeopleAroundUs - Day4. 16 September 2013

September 15, 2013

Mie Ayam Pak Debrur



Hidup di kota kecil di bagian timur Indonesia itu ada suka dukanya. Sukanya karena nggak bakalan ketemu yang macet disini. Suka karena banyak pantai keren disini yang masih bersih, sepi, dan gratis. Masih banyak suka-suka yang lain. Tapi dukanya juga lumayan! Di sini sering sekali mati listrik -,-“ bias banget saat lagi seru-serunya nonton tiba-tiba tivi mati, lagi nungguin download-tan yang dikit lagi kelar tau-tau wifi mati. Ketika kelar kuliah dan balik ke sini, 3 bulan pertama rasanya menderita sekali. Kota besar memanjakan kita dengan segala fasilitasnya, sedangkan disini mall tidak ada walaupun saya bukan orang yang sering belanja ke mall, paling tidak cuci mata di mall itu perlu. Hehehe..
Urusan makan-makanan sangat mendukakan hati saya ketika kembali ke sini. Bayangkan saja di kota besar tempat makan bertebaran dimana-mana, lagi pengen makan apa aja bias dicari. Hampir 8 bulan disini saya baru menemukan 4 warung padang tapi yang enak cuma 1. Mau masak sendiri, disini kekurangan bahan mentah, kalau pun ada ya nggak segar, kalaupun ada yang segar yang untung-untungan kalo nggak keduluanan orang lain. Oiya, harga bahan pangan di pasar juga harganya bikin ngurut dada. Karena itu kadang saya memilih beli makanan di luar aja deh.
Biasanya saya dan teman-teman mencari makan ke tengah kota, disana ada 1 tanah kosong bekas kantor pemerintah daerah yang kini dipakai oleh para pedagang dengan membuka warung tenda. Pilihan makanannya tidak banyak, ada mie ayam, sate ayam/kambing, soto ayam, gule kambing, dan bakso. Saya perhatikan tadi ada warung tenda yang menjual nasi goreng. Favorit saya dari dulu adalah Mie Ayam Pak Debrur. Porsinya banyak dan rasanya enak pake banget!. Hanya saja kekurangan makan disana adalah tempat makannya. Karena ini warung tenda, setiap warung Cuma dibatasi oleh kain-kain bekas spanduk iklan. Jadi apa yang konsumen warung sebelah gosipin, komsumen warung sebelah bisa denger. Pengalaman saya beberapa hari lalu saat makan bakso tapi dikirimin asap dari warung sate ayam sebelah. Seperti hari ini saya makan mie ayam tapi dapat kiriman asap sate kambing dari sebelah. Tapi ini bukan kejadian yang sering sih, ini kebetulan saja warung Pak De lagi penuh dan spot ideal di pojok belakang sudah terisi, yang tersisa cuma di depan yang lumayan dekat alat bakar sate warung sebelah. Yang penting perut kenyang, hatipun senang.

#PeopleAroundUs - Day3. 15 September 2013

Pria di Balik Jendela Besar Berkusen Merah



Aku melihatmu disana. Dibalik jendela besar berkusen merah. Menatap ke depan mendengarkan professormu bicara, mencoba untuk berkonsentrasi. Sesekali kamu menguap, memainkan pulpen hitam di sela-sela jarimu. Kadang kamu menopang dagu sambil mengerut, lalu beberapa saat kemudian kerutan itu menghilang diganti anggukan tanda kamu memahami sesuatu. Kali ini kamu tertawa, aku bisa melihatnya dari sini. Aku ingin tahu apa yang membuatmu tertawa, apa professor mu sedang mencoba stand up comedy? Apa temanmu menjawab pertanyaan dengan guyonan? Aku ingin tahu karena aku suka tawa atau senyummu. Aku suka yang ada padamu kecuali satu itu.

Profesor itu sudah pergi sepuluh menit yang lalu. Juga sebagian besar manusia di dalam ruangan itu pergi, kamu masih tetap duduk di tempat yang sama di sana. Mengambil ipod dari dalam tasmu, kemudian larut dalam lagu yang dilantunkankan oleh earphone biru. Ah, sekali lagi kamu membuatku penasaran dengan lagu yang sedang kau dengarkan. Apakah selera music kita sama? Atau mungkin kita menyukai band yang sama? Seperti Tom Hansen dan Summer Finn yang menyukai The Smiths. Memiliki kesukaan yang sama dengan mu adalah kebahagian kecilku. Seperti kau menyukai warna biru, demikian aku menyukai biru. Hei, bukankah bahagia itu sederhana?.

Apakah kau masih lama disana? Aku harus pergi sebentar lagi. Ini aneh, aku tidak ini pergi saat kau masih disana, tapi juga tidak ingin kau menghilang dari pandanganku saat aku masih ada disini. Ya, aku masih ingin menikmati pemandangan ini. Sesekali kudapati kau memandang keluar jendela, apakah kamu bisa melihatku? Pasti tidak. Mana mungkin kau dapat melihatku saja diantara banyak orang. Yang duduk di bawah pohon dipinggir lapangan bukan hanya aku. Apakah kau menanti dia? Ah sungguh menyesal aku berpikir demikian, karena seketika itu mataku menangkap gerakan seseorang mendekatimu. Akhirnya sesuatu yang tidak kusukai darimu datang juga. Ya, gadis manis berkardigan kuning lemon itu muncul juga. Dan tahukah kau yang apa yang membuatku meringis? Senyumanmu. Sudahlah, tontonan gratis sudah selesai, sudah saatnya aku pergi. Dengan setengah malas aku meraih backpack biruku, memakai topi lalu berjalan menjauhi jendela besar berkusen merah.

picture from Pinterest